Midah: Apakah Perempuan adalah Gender Kedua?
Rabu, 4 Juni 2025 14:40 WIBFeminisme eksistensial adalah aliran pemikiran feminisme yang dikembangkan oleh Simone de Beauvoir dalam karyanya yakni The Second Sex.
Pemikiran ini menempatkan keberadaan perempuan sebagai objek penindasan sosial dan gender. Simone menyoroti bagaimana perempuan sering ditempatkan sebagai “Lyan” atau “yang lain”.
Novel Midah Si Manis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer mewakili representasi feminisme eksistensial dengan kuat melalui sosok tokoh Midah yang menggambarkan seorang perempuan yang mampu memilih jalan dan keputusan di tangannya sendiri.
Konsep utama feminisme eksistensial dalam novel ini adalah ketika tokoh Midah berani menghadapi ketidakpastian. Hidup Midah yang tadinya bergantung pada keluarganya, sadar, etika kasih sayang orang tuanya tidak selalu sama seperti saat dia masih menjadi anak tunggal. Da merasa tersingkir ketika perhatian orang tuanya beralih kepada sang adik.
Disitulah Midah harus mengambil keputusan untuk dirinya. Namun, bahkan belum sampai dia memutuskan pilihannya, dia dijodohkan. Setelah menikah dengan seorang tua yang dipilihkan orang tuanya, barulah Midah memberanikan diri untuk “melawan”. Midah ingin hidup bebas, Midah ingin menjadi penyanyi keroncong jalanan. Midah mengambil jalan, kabur dari suaminya, meskipun dalam kondisi hamil.
Dalam ketidakpastian ini Midah melanglang buana menjadi penyanyi keroncong jalanan, mencari nafkah dan mengadu nasib dalam ketidakpastian yang dihadapi. Bahkan di akhir novel pun Midah kembali mengadu nasib tak pasti saat mengandung anaknya yang kedua.
Tampilan cerita feminisme selain dari berani menghadapi ketidakpa adalah pencarian identitas dan kebebasan. Midah sebagai perempuan yang ingin bebas, bebas dari suami hasil perjodohan orang tuanya, dan bebas dari orang tuanya yang membenci musik keroncong.
Midah selalu ingin menyuarakan isi hatinya lewat musik keroncong, yang akhirnya tercapai saat dia bergabung dengan kelompok penyanyi keroncong jalanan dan masuk studio untuk rekaman radio lagu keroncong. Dari hal itu Midah berhasil bebas mengekspresikan diri serta menunjukkan eksistensinya.
Pemaknaan kisah Midah dari sudut pandang feminisme ini bisa menjadi representasi kolektif perjuangan perempuan dalam meraih pengakuan, kebebasan, dan hak yang layak di mata masyarakat. Diangkat dengan teori feminisme eksistensial, novel ini masih sangat relevan dan menjadi inspirasi masyarakat luas untuk merenungkan akan tantangan yang masih dihadapi perempuan hingga kini.
Dengan sosok Midah yang digambarkan oleh Pram pada novel ini membuka kacamata kita untuk memahami konteks feminisme yang bukan hanya soal penindasan, tapi bagaimana perempuan juga dapat memilih, bertindak, dan bertahan dalam hidupnya.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Midah: Apakah Perempuan adalah Gender Kedua?
Rabu, 4 Juni 2025 14:40 WIBDukungan Laki-laki atas Perjuangan Perempuan dalam Novel Kehilangan Mestika
Rabu, 4 Juni 2025 14:38 WIBArtikel Terpopuler